Al-Ankabut : (29 ayat 2-3):
Apakah menusia mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : “kami telah
beriman” sedang mereka tidak diuji lagi ?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka dan
benar- benar Allah mangetahui orang-orang yang benar dan mengetahui
pula orang- orang yang dusta.
Al-Kahfi (18 ayat 7-8):
Dan sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik amal perbuatannya. Dan sesungguhnya kami akan menjadikan (pula) apa yang ada di atasnya menjadi tanah rata dan tandus. Ujian dan cobaan itu tidak hanya berupa kesusahan, kesulitan dan kesakitan saja, tetapi dapat juga berbentuk kesenangan, kesukaran dan kedukaan,
Sebagaimana Firman Allah swt : Al-Anbiya (21 ayat 35):
Dan kami akan uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan kepada kamilah kalian kembali.
Ujian Allah swt dengan nikmat harta kekayaan dan berbagai kesenangan, pada hakikatnya lebih berat dari pada ujian dengan bencana, siksaan dan lain-lain.
Hal ini di peringatkan oleh Allah Swt: dengan firman-Nya : Al-Alaq (96 ayat 6-8):
Ketahuilah ! Sesungguhnya manusia benar-benar malampui batas di kala menganggap dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Rab-mulah kembali.
Rasulullah saw pernah berkata :
Demi Allah, bukanlah kakafiran atau kemiskinan yang aku kuatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku kuatir (kalau-kalau) kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana telah di berikan kapada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula. Di atas telah telah kita terangkan bahwa ujian yang terberat ialah nikmat kesenangan, sedang yang teringan ialah ujian pada tubuh, seperti terkena penyakit atau kecalakaan, ujian pada tubuh ini dimaksudkan untuk menguji kesabarannya, kerelaannya dalam menerima Qodlo dan Qodar Allah.
Kalau ternyata ia sabar, ditetapkanNyalah pahala atau dihapus-kan sebagian dari dosa atau diangkat derajatnya, hingga ujian itu menjadi satu nikmat baginya.
Sebagaimana Hadist Rasullullah saw. :
Tidak ada seorang Muslimpun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau lebih berat dari padanya melainkan dengan ujian itu dihapuskan Allah swt perbuatan buruknya serta di gugurkan dosa-dosanya
sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya. Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum mukminin pria atau wanita, yang mengenai dirinya, penyakitnya, hartanya, anaknya, tetapi ia tetap bersabar, ia akan menemui Allah Swt dalam keadaan tiada berdosa. Tidak ada musibah yang menimpa seperti keletihan, kelesuan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah swt sebagian dari dosanya.
Berkenaan dengan ujian Ujian yang terbesar kepada umat Nabi Muhammad saw. Berupa harta benda dan kekayaan :
Hadist Nabi :
Sesungguhnya setiap umat ada ujian dan ujian bagi umatku ialah umatku ialah harta kekayaan.
Wahai anak Adam ! padamu telah ada kecukupan, namun engkau masih saja mencar-cari apayang nantinya akan menjadikan engkau melampui batas. Wahai anak Adam ! apabila pagi-pagi jasadmu telah diberi sehat dan
afiat, merasa aman dalam lingkungannya dan memiliki makanan untuk hari ini, tak perlu kau perdulikan lagi apa yang terjadi terhadap dunia. Adapun ujian yang menyebabkan menusia mudah tergelincir ialah mengenai Aqidah dan Agama. Banyak orang yang mengaku Muslim, beriman, termasuk Alim Ulama setelah di uji Iman dan Agamanya oleh Allah Swt. Dengan berbagai cobaan, ternyata lemah dan terjurumas ke dalam lembah syahwat
keinginannya, sehingga menjadi sesat.
“dan diantara menusia ada yang berkata : kami beriman kepada Allah Swt. Tetapi tetapi apabila mendapat gangguan dan rintangan dalam melaksakan perintah Alloh, dia menganggap gangguan (fitnah) itu seakan
akan siksaan dari Allah Swt. Dan jika datang pertolongan dari Alloh mereka pasti akan berkata “ Sesungguhnya kami beserta kalian (kaum mukmin)” buklankah Allah swt lebih mengetahui apa yang ada dalam dada manusia, dan sesungguhnya Allah Swt mengetahui orang-orang yang munafik.